Hari ini adalah hari ulang tahun William. Dihari ulang tahunnya,William akan selalu bangun lebih awal dari biasanya untuk sekedar membaca sebuah surat dari seseorang yang sangat spesial dihidupnya. Ritual ini rutin ia lakukan dihari ulang tahunnya. Selama tujuh tahun ia tak pernah absen membaca surat dari kekasihnya itu.
"Ahh sudah pukul 04:38" William melihat jam yang berada di samping tempat tidurnya.
Selimut yang semalaman menempel ditubuhnya spontan ia singkirkan dan segera beranjak dari tempat tidur untuk mencuci muka. Inilah hari yang selalu ia nantikan sepanjang tahun dalam hidupnya. Tak ada hari yang lebih spesial dari hari ini, yaitu hari ulang tahunnya.
Setelah selesai mencuci muka, Williampun-pun melangkahkan kakinya menuju sebuah rumah pohon yang berada tepat di ladang belakang rumahnya. Dengan penuh semangat William memanjat pohon yang berdiri diatasnya rumah mungil berwarna merah. Sesampainya diatas William langsung menyalakan lampu dan mengambil sebuah kotak kaleng yang tersimpan rapi didalam kolong batang pohon yang telah didesain menyerupai lemari. Seperti yang William duga, didalam kotak kaleng tersebut terdapat sebuah amplop merah muda bertuliskan 22 May 2024. Tepat pada hari ini.
Perlahan Willian membuka amplop tersebut. Di dalamnya terdapat satu buah surat yang ditunjukan untuk dirinya dari kekasih jauhnya. Dipojok kanan atas surat tertulis kalimat "Selamat ulang tahun yang ke 30 sayang". Membaca ucapan itu saja senyum William langsung mengembang. Dibawahnya tertulis "From Jeny"
William melanjutkan ke baris pertama isi dari surat itu. "Bagaimana kabarmu hari ini, apakah kau masih bisa membaca suratku?. Aku harap pengelihatanmu masih berfungsi dengan baik". Senyum William makin lebar.
"Aku selalu menjaga kesehatan mataku agar bisa selalu membaca surat darimu Jeny" jawab William tersenyum.
William melanjutkan isi surat itu. "Bagaimana dengan cidera tanganmu yang dahulu kita buat bersama saat bersepeda?. Apakah masih terasa sakit?. Jika masih, itu adalah hadiah dariku yang mungkin akan terus kau rasakan".
"Aku masih menikmati rasa sakit ini Jeny" ucap William tersenyum.
"Maaf aku tidak bisa menemanimu dihari ulang tahunmu. Aku terlalu sibuk disini, menikmati kehidupan baruku. Jaga dirimu baik-baik disitu. Jangan suka makan makanan instan, itu tidak baik untuk kesehatanmu".
"Aah, Sampai kapan dia akan selalu cerewet soal kesehatanku" ucap William.
Willam masih antusias membaca kelanjutan surat dari Jeny. "Kau ingat saat kita pertama kali bertemu?. Saat itu aku mengira kau ini adalah pencopet. Kau mengikutiku disepanjang trotoar jalan, namun ternyata kau hanya ingin memberi tahuku kalau celana bagian belakangku robek. Itu sangat memalukan buatku". William tertawa terbahak-bahak membaca kalimat tersebut. "Aku yakin saat ini kau pasti sedang tertawa lepas. Kau memang selalu mengejekku. Tapi dari saat itu kita mulai berkenalan, jalan bersama, dan pada akhirnya menjalin hubungan. Sampai aku di fonis sakit kanker hati kau masih saja setia menemaniku". Mata William mulai berkaca-kaca.
"Aku berharap bisa bersamamu untuk waktu yang lama. Menikah dan memiliki anak, kemudian membesarkan anak kita bersama-sama. Sepertinya itu sangat menyenangkan. Tapi maaf, aku tidak bisa mewujudkan impian itu, impian kita saat masih bersama. Aku sudah menyiapkan surat untukmu sampai umurmu 50 tahun. Semoga aku bisa terus menemanimu sehari dalam satu tahun. Jaga kesehatanmu sampai umur 50 tahun William. Aku merindukanmu".
"Ayaaaaah?" Teriak seorang anak dari bawah pohon.
William segera menghapus air matanya dan menyapa panggilan itu. "Haii, pahlawan ayah sudah bangun" ucap William.
Terlihat seorang anak dan seorang wanita berdiri tepat dibawah pohon. Mereka adalah anak dan istri William. Sudah enam tahun mereka menikah dan dikaruniai satu orang anak laki-laki bernama Thom.
William turun untuk menghampiri Marry istrinya dan anaknya Thom.
"Hallo sayang, selamat ulang tahun" Marry mencium pipi William.
"Terimakasih sayang"
"Selamat ulang tahun ayah" Ucap Thom.
William tersenyum menatap anak laki-lakinya itu "Pahlawan ayah kenapa bisa bangun sepagi ini" William mengangkat dan menggendong Thom sambil mencium pipinya. "Ayo kita masuk" ucap William.
Merekapun berbalik dan melangkah menuju rumah.
"Bagaimana surat dari Jeny?. Sudah kau baca?" Tanya Marry.
"Seperti biasa. Dia selalu cerewet soal kesehatanku"
"Begitulah Jeni. Dia tidak ingin kau cepat menyusulnya" Ucap Marry tersenyum.
TAMAT
Ditulis oleh Nursahid
TAMAT
Ditulis oleh Nursahid
2 komentar: