SI ELANG KECIL
0
Sore itu Jimy si burung elang yang gagah
mengajak Jasey anak laki-lakinya berkeliling menelusuri hutan. Diletakannya
Jasey dipunggung Jimy lalu dibawanya keatas tebing yang sangat tinggi. Dari
atas tebing terlihat hamparan hutan yang sangat luas. Jasey terlihat sangat
takjub melihat keindahan itu. Ia tak menyangka kalau tempat yang selama ini ia
tinggali ternyata terlihat jauh lebih indah jika dilihat dari sana.
“Apakah ayah sering kemari?” Tanya Jasey.
“Ya. Ayah selalu menghabiskan waktu disini
setiap sore”.
Jasey-pun juga ingin mengunjungi tempat
itu setiap hari bersama ayahnya. Sejak pertama kali menetas, ini adalah pertama
kalinya Jasey pergi meninggalkan sarang. Ia benar-benar terkagum-kagum melihat
dunia luar yang ternyata begitu luas dan indah, apalagi jika dilihat dari
ketinggian.
“Aku ingin seperti ayah” Ucap Jasey.
“Apa maksudmu nak?”.
“Aku ingin terbang mengelilingi
tempat-tempat indah seperti yang ayah lakukan”
Jimy hanya tersenyum mendengar pernyataan
anaknya. Sekarang Jimy sudah mulai renta, umurnya sudah tidak muda lagi, sayap-sayapnya-pun
sudah tak sanggup membawanya pergi lebih jauh dari ini. Banyak tempat yang sebenarnya
ingin sekali ia tunjukan kepada anaknya, namun sepertinya itu tak bisa ia
lakukan.
“Ayah ayo ajari aku terbang”ucap Jasey
penuh semangat.
“Tidak nak”
“Kenapa tidak ayah?”
“Aku bukan pelatih yang baik”.
“Ayah sangat hebat saat terbang. Aku ingin
sekali seperti ayah. Ayo ayah ajari aku”.
Jimy tak menghiraukan ucapan Jasey.
Mungkin Jimy adalah penerbang yang baik, bermil-mil jarak sudah ia tempuh, namun
sayap-sayapnya sudah mulai renta. Mungkin tak lama lagi ia akan kembali menjadi
seperti anak elang yang lemah, bahkan lebih lemah.
Jasey yang dari tadi diacuhkan oleh ayahnya
tiba-tiba menunjukan raut wajah kesal. Keinginanya untuk terbang tak begitu
saja ditanggapi oleh ayahnya. Ini benar-benar membuat Jasey marah. Selama ini
ia sangat ingin seperti ayahnya, terbang
dan menangkap mangsa menggunakan kaki-kakinya seperti yang ayahnya ceritakan. Namun
apa yang ayahnya katakan hari ini membuatnya sangat kesal.
“Mari pulang nak. Naiklah kepunggung ayah”
Jimy merendahkan punggungnya.
“Tidak mau”
“Hari sudah mulai petang. Sudah tak ada
lagi yang bisa kita lihat disini”
“Aku tidak mau pulang sebelum ayah
berjanji akan mengajariku terbang”
“Ayah sudah sangat tua nak. Ayah
tidak...”
“Kalau begitu aku tidak akan pulang” ucap
Jasey memotong perkataan ayahnya.
Selama beberapa menit Jasey dan ayahnya
terdiam. Jimy tidak tahu lagi bagaimana caranya membujuk anaknya untuk pulang. Hari
semakin larut, namun Jasey tak kunjung bisa dibujuk.
“Baiklah kalau ayah tidak mau
mengajariku, aku akan belajar sendiri. Setiap elang pasti bisa terbang!!”.
“Tapi nak”
“Aku akan terbang sendiri ayah!!” Jasey
berlari menuju pinggir tebing.
“Jasey, tungguuuu.....!!!” Jimy mengejar
Jasey.
Jasey melompat dari atas tebing. Ia
membentangkan kedua sayapnya, namun tubuhnya terus meluncur dengan
sangat cepat. Dia terus mencoba mengepakan sayapnya namun usahanya untuk
terbang nampaknya sia-sia. Sayapnya tak mampu menahan tubuhnya di udara.
“Jeseyyyyyyyyyy!!!!” Jimy meluncur
mengejar Jasey.
Ditengah-tengah situasi itu jasey terus
berusaha mengepakan sayapnya sekuat tenaga “Terbanglah.. terbanglah, aku mohon”
Jasey semakin panik.
Sementara itu Jimy terus meluncur mengejar
Jasey.
Beberapa saat
kemudian Jimy sampai ke dasar tebing tanpa mendapatkan Jasey. Ia melihat
kesekeliling dengan wajah panik. “Jasey, kau dimana nak”.
Jimy berjalan pelan kedepan. Ia melihat ada sebuah benda berwarna putih tergeletak di tanah. Perlahan Jimy mendekati benda itu. Langkahnya mulai terasa berat.
“Jasey, kau
kah itu” Jimy mendekat pelan menghampiri benda putih itu. Tak salah lagi itu adalah tubuh Jasey yang sudah terbujur lemas. “Kenapa kau lakukan itu nak” Jimy bersimpuh didepan anaknya. “Maafkan ayah, tak
seharusnya ayah membawamu ke tempat ini. Bangun nak, lihat ayah” Air mata Jimy mengucur deras. “Kenapa kau sangat ingin terbang, kenapa kau ingin
seperti ayah, kenapa!!!. Sampai kapanpun kau tidak akan mungkin bisa terbang, kau
tidak mungkin seperti ayah nak. Kau bukanlah elang, Kau adalah seekor ayam. Kau adalah telur ayam yang ayah temukan didekat batu besar”.
Jimy memeluk
erat anaknya. Ia tak mampu menyembunyikan penyesalannya. “Ini salah ayah. Ayah
terlalu takut mengatakan yang sebenarnya kepadamu. Ayah takut membuatmu kecewa.
Ayah takut kau pergi meninggalkan ayah.
Ayah sangat takut. Tapi hari ini, rasa takut ayah telah membuatmu pergi
untuk selamanya. Maafkan ayah nak. Maaf!!”.
Jimy meletakan
Jasey dipunggungnya dan membawanya pulang.
TAMAT
Ditulis oleh Nursahid
0 komentar: