SI ELANG KECIL

0
02.20
     Sore itu Jimy si burung elang yang gagah mengajak Jasey anak laki-lakinya berkeliling menelusuri hutan. Diletakannya Jasey dipunggung Jimy lalu dibawanya keatas tebing yang sangat tinggi. Dari atas tebing terlihat hamparan hutan yang sangat luas. Jasey terlihat sangat takjub melihat keindahan itu. Ia tak menyangka kalau tempat yang selama ini ia tinggali ternyata terlihat jauh lebih indah jika dilihat dari sana.

     “Apakah ayah sering kemari?” Tanya Jasey.
     “Ya. Ayah selalu menghabiskan waktu disini setiap sore”.

      Jasey-pun juga ingin mengunjungi tempat itu setiap hari bersama ayahnya. Sejak pertama kali menetas, ini adalah pertama kalinya Jasey pergi meninggalkan sarang. Ia benar-benar terkagum-kagum melihat dunia luar yang ternyata begitu luas dan indah, apalagi jika dilihat dari ketinggian.

      “Aku ingin seperti ayah” Ucap Jasey.
     “Apa maksudmu nak?”.
     “Aku ingin terbang mengelilingi tempat-tempat indah seperti yang ayah lakukan”

     Jimy hanya tersenyum mendengar pernyataan anaknya. Sekarang Jimy sudah mulai renta, umurnya sudah tidak muda lagi, sayap-sayapnya-pun sudah tak sanggup membawanya pergi lebih jauh dari ini. Banyak tempat yang sebenarnya ingin sekali ia tunjukan kepada anaknya, namun sepertinya itu tak bisa ia lakukan.

      “Ayah ayo ajari aku terbang”ucap Jasey penuh semangat.
     “Tidak nak”
      “Kenapa tidak ayah?”
     “Aku bukan pelatih yang baik”.
     “Ayah sangat hebat saat terbang. Aku ingin sekali seperti ayah. Ayo ayah ajari aku”.

     Jimy tak menghiraukan ucapan Jasey. Mungkin Jimy adalah penerbang yang baik, bermil-mil jarak sudah ia tempuh, namun sayap-sayapnya sudah mulai renta. Mungkin tak lama lagi ia akan kembali menjadi seperti anak elang yang lemah, bahkan lebih lemah.

      Jasey yang dari tadi diacuhkan oleh ayahnya tiba-tiba menunjukan raut wajah kesal. Keinginanya untuk terbang tak begitu saja ditanggapi oleh ayahnya. Ini benar-benar membuat Jasey marah. Selama ini ia sangat ingin seperti ayahnya,  terbang dan menangkap mangsa menggunakan kaki-kakinya seperti yang ayahnya ceritakan. Namun apa yang ayahnya katakan hari ini membuatnya sangat kesal.

     “Mari pulang nak. Naiklah kepunggung ayah” Jimy merendahkan punggungnya.
     “Tidak mau”
     “Hari sudah mulai petang. Sudah tak ada lagi yang bisa kita lihat disini”
      “Aku tidak mau pulang sebelum ayah berjanji akan mengajariku terbang”
      “Ayah sudah sangat tua nak. Ayah tidak...”
      “Kalau begitu aku tidak akan pulang” ucap Jasey memotong perkataan ayahnya.

       Selama beberapa menit Jasey dan ayahnya terdiam. Jimy tidak tahu lagi bagaimana caranya membujuk anaknya untuk pulang. Hari semakin larut, namun Jasey tak kunjung bisa dibujuk.

      “Baiklah kalau ayah tidak mau mengajariku, aku akan belajar sendiri. Setiap elang pasti bisa terbang!!”.
      “Tapi nak”
      “Aku akan terbang sendiri ayah!!” Jasey berlari menuju pinggir tebing.
     “Jasey, tungguuuu.....!!!” Jimy mengejar Jasey.

     Jasey melompat dari atas tebing. Ia membentangkan kedua sayapnya, namun tubuhnya terus meluncur dengan sangat cepat. Dia terus mencoba mengepakan sayapnya namun usahanya untuk terbang nampaknya sia-sia. Sayapnya tak mampu menahan tubuhnya di udara.

     “Jeseyyyyyyyyyy!!!!” Jimy meluncur mengejar Jasey.

    Ditengah-tengah situasi itu jasey terus berusaha mengepakan sayapnya sekuat tenaga “Terbanglah.. terbanglah, aku mohon” Jasey semakin panik.

      Sementara itu Jimy terus meluncur mengejar Jasey.

    Beberapa saat kemudian Jimy sampai ke dasar tebing tanpa mendapatkan Jasey. Ia melihat kesekeliling dengan wajah panik. “Jasey, kau dimana nak”.

Jimy berjalan pelan kedepan. Ia melihat ada sebuah benda berwarna putih tergeletak di tanah. Perlahan Jimy mendekati benda itu. Langkahnya mulai terasa berat. 

“Jasey, kau kah itu” Jimy mendekat pelan menghampiri benda putih itu. Tak salah lagi itu adalah tubuh Jasey yang sudah terbujur lemas. “Kenapa kau lakukan itu nak” Jimy bersimpuh didepan anaknya. “Maafkan ayah, tak seharusnya ayah membawamu ke tempat ini. Bangun nak, lihat ayah” Air mata Jimy mengucur deras. “Kenapa kau sangat ingin terbang, kenapa kau ingin seperti ayah, kenapa!!!. Sampai kapanpun kau tidak akan mungkin bisa terbang, kau tidak mungkin seperti ayah nak. Kau bukanlah elang, Kau adalah seekor ayam. Kau adalah telur ayam yang ayah temukan didekat batu besar”.

Jimy memeluk erat anaknya. Ia tak mampu menyembunyikan penyesalannya. “Ini salah ayah. Ayah terlalu takut mengatakan yang sebenarnya kepadamu. Ayah takut membuatmu kecewa. Ayah takut kau pergi meninggalkan ayah.  Ayah sangat takut. Tapi hari ini, rasa takut ayah telah membuatmu pergi untuk selamanya. Maafkan ayah nak. Maaf!!”.

Jimy meletakan Jasey dipunggungnya dan membawanya pulang.


TAMAT


Ditulis oleh Nursahid




     

About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

0 komentar: